Dian Rana dan Prof. Bambang Susantono: Membangun IKN yang Dicintai, Bukan Hanya Didirikan

Di tengah hamparan tanah yang sedang berubah menjadi masa depan Indonesia, kreator konten Dian Rana kembali menunjukkan komitmennya sebagai jembatan suara masyarakat. Melalui wawancara eksklusif dengan Prof. Bambang Susantono, tokoh penting dalam sejarah awal Ibu Kota Nusantara (IKN), Dian menyelami lebih dalam soal arah pembangunan, nilai-nilai partisipasi, serta makna kota yang sesungguhnya.

Dian Rana dan Prof. Bambang Susantono di IKN (Poto Dian Rana)

Prof. Bambang sendiri kini menjabat sebagai Kepala Institut Pembangunan Kota dan Daerah Asia Pasifik (Cities & Local Government Institute/CLGI). Ia kembali berada di IKN dalam rangka menjadi pembicara pada Congress of Indonesian Diaspora ke-8, yang akan diselenggarakan pada 2 Agustus 2025

Lebih dari Beton: IKN dan Visi Kota yang Cerdas dan Inklusif

Dalam wawancara tersebut, Dian langsung menanyakan apakah arah pembangunan IKN hari ini masih sesuai dengan visi awal yang dulu ia perjuangkan. Prof. Bambang menjawab dengan penuh refleksi:

“Kalau kita merujuk kepada master plan, rencana induk dan segala macam rencana turunannya ya, kan kita ingin IKN ini menjadi kota yang smart, cerdas, kota yang hijau, green, kota yang inklusif — ini saya garisbawahi. Jadi ini kota untuk semua.”

Ia menegaskan pentingnya membangun kota yang tidak hanya kuat secara fisik, tetapi juga hidup secara sosial. Kota yang memprioritaskan layanan dasar bagi masyarakat seperti pendidikan, kesehatan, dan transportasi.

Bukit Bendera – Taman Kusuma Bangsa IKN (Poto Dian Rana)

“Harapan saya tentu segera diimbangi dengan program-program yang menyentuh semua masyarakat… karena kalau kita bicara tentang IKN, tidak hanya kawasan inti pusat pemerintahan, tapi juga kawasan-kawasan lain sesuai dengan amanah undang-undang.”

Kota Harus Tumbuh Bersama Warganya

Salah satu momen paling bermakna dalam percakapan ini muncul saat Dian bertanya, “Apa yang tidak boleh dilupakan dalam pembangunan IKN?” Tanpa ragu, Prof. Bambang menekankan bahwa inti dari membangun kota—apalagi yang akan menjadi ibu kota negara—adalah masyarakat itu sendiri.

“Membangun kota apalagi ini akan menjadi ibu kota… IKN Nusantara ini harus mengedepankan harapan masyarakat, partisipasi masyarakat dan juga bagaimana ekosistem di masyarakat ini akan dapat segera terbentuk,” jawabnya tegas.

Gagasan people-centered city yang diangkat Prof. Bambang bukan sekadar idealisme, melainkan prinsip dasar yang juga Dian Rana bawa dalam karya-karyanya. Sebagai kreator konten yang aktif di lapangan, Dian tak hanya merekam wujud pembangunan fisik, tetapi secara konsisten menyuarakan dimensi kemanusiaan di baliknya—suara warga, harapan komunitas, dan dinamika sosial yang kadang tak tertangkap oleh kamera kebijakan.

Dian Rana di Tengah Ruang Akademik dan Kebijakan

Wawancara ini juga menyinggung momen pengukuhan Prof. Bambang sebagai Guru Besar Universitas Diponegoro, di mana Dian secara khusus diundang. Alasan di balik kehadiran Dian adalah cerminan dari filosofi inklusif yang dipegang Prof. Bambang.

“Kami ingin pada waktu itu ada perwakilan dari masyarakat yang juga hadir disana… bagaimana kota di IKN itu nanti akan tidak hanya menjadi kota yang layak huni livable, tapi juga dicintai.”

Dian menanggapi momen itu dengan rendah hati, tetapi juga dengan kebanggaan. Kehadirannya di ruang akademik menunjukkan bahwa suara konten kreator lokal bukan lagi berada di pinggir wacana kebijakan, melainkan justru menjadi bagian dari percakapan serius tentang masa depan kota.

Pesan Prof. Bambang untuk Para Pemuda dan Kreator Konten

Mengakhiri wawancara, Dian Rana mengajukan satu pertanyaan yang mewakili banyak suara generasi muda: apa pesan Prof. Bambang untuk para pemuda dan kreator yang menaruh harapan besar pada IKN? Pertanyaan itu dijawab dengan pesan yang lugas namun penuh makna.

“Saya ingin agar warga di sana, anak muda di sana… dapat mewujudkan harapannya menjadi aktor utama dari Ibu Kota Nusantara ke depannya. Jangan mereka hanya jadi penonton, tapi jadikanlah mereka itu benar-benar penggerak pembangunan,” ujar Prof. Bambang.

Bagi Dian Rana, pesan itu bukan sekadar harapan, melainkan bentuk nyata dari panggilan yang selama ini telah ia jalani—melalui kamera, mikrofon, dan langkah-langkah kecil di lapangan. Ia percaya bahwa pembangunan yang berkelanjutan tak bisa dilepaskan dari suara warga, energi pemuda, serta narasi-narasi otentik yang dibentuk bersama masyarakat. Sebagai kreator konten, Dian menjadikan karyanya bukan sekadar dokumentasi, tetapi kontribusi. Karena kota yang dibangun dengan cinta dan partisipasi—adalah kota yang akan bertahan dan dikenang.


Tonton Video Dian Rana bersama Prof. Bambang Susantono dibawah ini:

author avatar
Dian Rana
Kreator konten dan dokumentator IKN asal Kalimantan Timur yang dikenal luas atas dokumentasi pembangunan Ibu Kota Nusantara (IKN) sejak awal.

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *