Konten kreator asal Kalimantan Timur, Dian Rana, kembali mengunggah video terbaru melaui Channel Youtube Sobat Politik yang membahas isu seputar Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka. Dalam video tersebut, Dian menyoroti berbagai narasi publik yang mencoba memframing seolah-olah hubungan Presiden Prabowo Subianto dan Wapres Gibran tidak harmonis.
Menurutnya, narasi itu berulang kali terpatahkan oleh fakta di lapangan. Misalnya, ketika Gibran tidak hadir dalam sebuah acara kenegaraan, justru saat itu ia sedang diutus mewakili Presiden Prabowo dalam perayaan 50 tahun hubungan diplomatik Indonesia–Papua Nugini.
“Artinya, Wapres Gibran tetap menjalankan tugas penting negara, bukan absen begitu saja,” jelas Dian.
Dian juga menekankan bagaimana Gibran tampil di tengah masyarakat tanpa jarak. Ia mencontohkan kunjungan ke Papua, di mana masyarakat menyambut hangat dan merasakan perhatian langsung dari sang Wapres. Baginya, momen seperti itu memberi kesan kuat dan meninggalkan ingatan positif di benak rakyat.
“Kalau ada pemimpin yang mau turun langsung ke lapangan, mendengar rakyat, ya kenapa tidak kita dukung?” kata Dian.
Ia menegaskan dukungannya bukan pada personal Gibran, melainkan pada kebijakan dan tindakan nyata yang pro-rakyat.
Dian turut mengaitkan kunjungan Gibran ke Ibu Kota Nusantara (IKN) dengan terbitnya Peraturan Presiden Nomor 79 Tahun 2025 tentang penetapan Nusantara sebagai ibu kota politik pada 2028. Menurutnya, hal itu menunjukkan bahwa kunjungan Wapres bukan sekadar seremonial, melainkan bagian dari arahan Presiden.
“Buktinya, setelah Wapres Gibran meninjau IKN, Presiden langsung menandatangani Perpres tersebut. Artinya, ia memang diutus,” ujarnya.
Sorotan Bahasa dan Pencitraan
Tak hanya soal politik, Dian juga menanggapi kritik publik terhadap gaya berbahasa Inggris Gibran. Ia menyebut komentar miring semacam itu tidak relevan.
“Kenapa harus malu dengan logat? Selama pesannya tersampaikan, itu bukan masalah. Justru kita harus bangga dengan bahasa Indonesia yang kini diakui dunia,” tegasnya.
Terkait tudingan pencitraan, Dian berpendapat bahwa jika sebuah pencitraan mampu menyenangkan rakyat, hal itu bukan sesuatu yang salah. Ia mencontohkan interaksi Gibran di Jakarta yang disambut meriah masyarakat lintas usia. “Kalau itu membuat warga bahagia, kenapa tidak?” tambahnya.
Penilaian Pribadi
Sebagai penutup, Dian menegaskan bahwa dirinya tidak mendukung figur tertentu secara membabi buta. Dukungan hanya diberikan sejauh kebijakan dan tindakan mereka tidak bertentangan dengan kepentingan rakyat dan bebas dari praktik korupsi.
“Kalau di kemudian hari ada pejabat yang terbukti korupsi, saya pasti tidak akan dukung,” ucapnya.
Bagi Dian, apa yang ia sampaikan adalah pengamatan sebagai masyarakat awam, bukan klaim orang dalam. Ia mengajak publik untuk menilai sendiri langkah-langkah Wapres Gibran dengan kepala dingin, bukan berdasarkan framing atau opini yang memecah belah.